Puisi kita yang pertama tiada lain adalah puisi sangat indah karangan penyair Li Bai (701 – 762 M). Puisi ini berjudul dalam bahasa Mandarin "静夜思" (Jìngyè sī ). Puisi ini diyakini dikarang di tahun 727 Masehi di kota An Hui, China. Puisi ini termasuk dalam kumpulan "300 Tang Poems" (唐诗三百首) yang dikumpulkan oleh Sun Zhu (1722-1778). Puisi "静夜思" ini adalah puisi nomor #233 dalam kumpulan puisi tersebut.
Penyair legendaris China - Li Bai (李白)
Li Bai sendiri terkenal sebagai penyair yang sangat pintar menggunakan karakter Mandarin yang sederhana untuk menulis puisi. Yang indah dari puisi ini adalah bagaimana dalam 20 karakter, pembaca serasa langsung dibaca ke suasana malam musim gugur di dinasti Tang. Menerjemahkan ke duapuluh karakter ini yang tersusun dalam empat lirik tentu sangat sulit bagi yang tidak mempunyai background bahasa Mandarin. Berikut adalah puisi asli "静夜思" dan beberapa terjemahannya termasuk terjemahan bahasa Inggris.
静夜思 Jìngyè sī
床前明月光 chuáng qián míngyuèguāng
疑是地上霜 yí shì dìshàng shuāng
举头望明月 jǔ tóu wàng míng yuè
低头思故乡 dītóu sī gùxiāng
Berikut saduran / terjemahan penulis dalam bahasa Indonesia :
Bahasa Indonesia translation by [ y b 3 i ]
Kangen di Malam Sunyi
Pendaran purnama menerpa kamar
Terbayang dinginnya halaman luar
Menerawang terpana terang rembulan
Menunduk terindu kampung halaman
illustrasi dan kaligrafi puisi 静夜思 (Jìngyè sī)
photo from Google
English translation from Wikipedia
Lamentations in the Tranquillity of Night
(Contemplation)
Moon twilight approaches, coating the ground through the window,
Resembles a touch of frost,
Moon at the window,
Taking me back to where I am from.
English translation from Chineselanguage.com
Before my bed, the moon is shining bright,
I think that it is frost upon the ground.
I raise my head and look at the bright moon,
I lower my head and think of home.
English translation from Wikipedia
A Quiet Night Thought
Moonlight before my bed
Perhaps frost on the ground.
Lift my head and see the moon
Lower my head and pine for home.
Translation from kompasiana.com / Radex Nugroho in Bahasa Indonesia
Rindu di Hening Malam
Cahaya Rembulan depan pagar perigi
Sudahkah embun beku menutupi bumi
Dongakkan kepala, ternyata terang bulan
Begitu menunduk, rindu kampung halaman
No comments:
Post a Comment